Saturday, June 21, 2014

Cerita tentang Idho

Dalam berteman, Idho memang agak telat berkembang.  Dia baru bisa berteman dengan enak kalau sudah kenal agak lama.  Kalau sudah gitu, dia malah keseringan maen di rumah tetangga dan pulang kalau sudah larut malam.  Kemarin ada kejadian yang tidak mengenakkan.  Idho ketakutan karena dicegat dengan temannya yang cenderung berperilaku "preman".  Usut punya usut, Idho ternyata agak "nyombong" karena pernah latihan karate.  Nah si anak 'preman' ini nantang.  Kelihatannya (Idho nggak ngaku sih) mereka pernah 'gelut' juga.  Nggak tahu siapa yang menang.  Idho cerita dia pernah kebanting juga.  Yang jadi masalah adalah si teman terus nguber.  Akibatnya, Idho jadi tidak berani berangkat ngaji, ke rumah tetangga, dan bahkan beli sesuatu di toko depan rumah juga gak mau.  Nih anak kalau sudah ketakutan memang cenderung lebay.  Makanya, pulang sekolah juga tidak berani langsung pulang.  Ternyata dicegat oleh si anak 'preman'.
Peristiwa paling besar ya pencegatan itu.  Akhirnya, sebagai induk yang merasa harus melindungi anaknya, akupun lapor ke pak Lurah.  Jangan heran.  Bukannya lebih lebay, karena masalah kecil kok lapor Lurah.  Ini hanya karena rumah Pak Lurah cuma selisih satu rumah.  Makanya gak perlu ke pak RT/RW, karena rumah mereka lebih jauh!!!  Oya, aku juga lapor guru ngaji supaya si anak dinasehati. Akhir cerita memang tidak ada lagi pencegatan.  Tapi si anak 'preman juga gak berangkat ngaji, lah... gimana ini.  Jadi ikut merasa bersalah juga.
Cerita lain lagi, kemarin aku dipanggil guru wali kelas Idho.  Ternyata aku tidak tahu kalau raport sudah dibagikan satu hari sebelumnya... Walah. Anak dan Ibu podo teledor nya.  Apa lagi wali kelas yang ini agak 'gimanaa' gitu.  cara komunikasinya itu lho... gak enak di telinga.  Meskipun yang diungkap kebenaran, bahwa anak kita memang kurang.. tapi kalau mengungkapkannya dengan cara kasar dan tidak berperikeibuan begitu, yo agak nelongso aku mendengarnya.  sebagai sesama pendidik, aku merasa gak sreg saja.  Tapi demi sopan santun aku masih merendah.  Beliau juga cerita, orang tua teman Idho, yang punya kinerja juga buruk, begitu diberitahu si wali kelas, katanya malah "nylathu" (do you understand?? memarahi si wali kelas).  Dalam hati aku pikir, lah cara bicara ibu kayak gitu, gak salah kalau orang bisa tersinggung.
Okelah... kinerja Idho memang menurun, dan bahkan katanya hampir tidak naik kelas.  Dan yang memprihatinkan lagi adalah karena nilai yang jeblog adalah IPA. Ini kan aneh bin ajaib.  Idho adalah pemilik nilai 10 waktu UNAS SD. di kelas katanya dia juga sering diminta guru untuk menjelaskan.  tapi kok nilainya C.  Aku menduga karena karakter Idho yang slowly and lazy itu.  sehingga banyak pekerjaan tidak tuntas..
Ealah apapun, ke depan kami harus memperbaiki diri.  Aku sebagai ortu juga, karena ada fungsi kontrol yang tidak dengan baik kujalankan.  Makanya, kalau Idho dan Ais dihukum menulis janji untuk memperbaiki diri satu halaman penuh tiap hari (karena nilai Ais juga menurun semester ini, meskipun dia masuk IPA), aku juga ikut menghukum diri dengan menulis janjiku sendiri untuk lebih memperhatikan belajar anak-anak.
Ais sendiri, meskipun  jelas masuk IPA, malah pengen masuk IPS.  Alasannya karena ingin masuk fakultas Bahasa tau Hubungan Internasional.  Secara tidak langsung aku tetap menganjurkan untuk masuk IPA karena menurutku IPA mempunyai jangkauan lebih luas (masih benar nggak sih).  Ujung-ujungnya, mengapa dia pengen IPS adalah karena dua sahabatnya masuk IPS.  Walah.... apa lagi ini???

No comments:

Post a Comment