Friday, June 27, 2014

Hasil Positif Hukuman

Seperti yang kutulis kemarin, karena Idho berkinerja jelek di sekolah, maka liburan ini dia dihukum untuk belajar menulis dengan benar.  Idho tuh, kalo nulis, secara fisik ya .... memang jelek.  kadang antara a dan u gak ada beda.  Belum lagi antar kata tidak terlihat jelas.  Pokoknya bikin guru yang membaca mikir dulu (seperti anjuran cak Lontong).  Makanya dia dihukum menulis minimal satu paragraf sehari.
hasilnya :
Luar biasa sodara-sodara !!!
Idho itu kalo nulis detil dan uraiannya mengalir lancar.  Secara tata bahasa dan alur pikirnya sangat jelas.  Alhamdulillah.  Ini sudah kuketahui sejak dulu.  Tetapi karena dia sukanya menjelaskan secara detil, trus karena gak selesei-selesei dan dia mulai bosan, maka jadilah tulisannya berupa UFO (unfinished Object).  Begitulah selalu nasib tulisan Idho.  
Kali ini Idho agak niat.  Satu persatu paragraf dirangkai tiap hari.  Temamya, gak jauh-jauh dari urusan reptil.  Ya sudahlah.  Memang itu sukanya dia.  Kami mendukung saja.
Oya, kemarin Kamis 19 Juni, Ais mengirim lagi ke Mizan tulisan berjudul "Fullmoon Fantasy".  Mudah-mudahan bisa diterbitkan oleh Mizan dan bernasib lebih baik dibanding yang "Konnichiwa"
Oya, kemarin Ais dapat royalti lagi sekitar Rp. 1 jeti.  alhamdulillah.  Anak segitu sudah menghasilkan uang.  Selama ini, uangnya sebagian besar kuinvest di reksadana untuk masa depannya juga.

Saturday, June 21, 2014

Cerita tentang Idho

Dalam berteman, Idho memang agak telat berkembang.  Dia baru bisa berteman dengan enak kalau sudah kenal agak lama.  Kalau sudah gitu, dia malah keseringan maen di rumah tetangga dan pulang kalau sudah larut malam.  Kemarin ada kejadian yang tidak mengenakkan.  Idho ketakutan karena dicegat dengan temannya yang cenderung berperilaku "preman".  Usut punya usut, Idho ternyata agak "nyombong" karena pernah latihan karate.  Nah si anak 'preman' ini nantang.  Kelihatannya (Idho nggak ngaku sih) mereka pernah 'gelut' juga.  Nggak tahu siapa yang menang.  Idho cerita dia pernah kebanting juga.  Yang jadi masalah adalah si teman terus nguber.  Akibatnya, Idho jadi tidak berani berangkat ngaji, ke rumah tetangga, dan bahkan beli sesuatu di toko depan rumah juga gak mau.  Nih anak kalau sudah ketakutan memang cenderung lebay.  Makanya, pulang sekolah juga tidak berani langsung pulang.  Ternyata dicegat oleh si anak 'preman'.
Peristiwa paling besar ya pencegatan itu.  Akhirnya, sebagai induk yang merasa harus melindungi anaknya, akupun lapor ke pak Lurah.  Jangan heran.  Bukannya lebih lebay, karena masalah kecil kok lapor Lurah.  Ini hanya karena rumah Pak Lurah cuma selisih satu rumah.  Makanya gak perlu ke pak RT/RW, karena rumah mereka lebih jauh!!!  Oya, aku juga lapor guru ngaji supaya si anak dinasehati. Akhir cerita memang tidak ada lagi pencegatan.  Tapi si anak 'preman juga gak berangkat ngaji, lah... gimana ini.  Jadi ikut merasa bersalah juga.
Cerita lain lagi, kemarin aku dipanggil guru wali kelas Idho.  Ternyata aku tidak tahu kalau raport sudah dibagikan satu hari sebelumnya... Walah. Anak dan Ibu podo teledor nya.  Apa lagi wali kelas yang ini agak 'gimanaa' gitu.  cara komunikasinya itu lho... gak enak di telinga.  Meskipun yang diungkap kebenaran, bahwa anak kita memang kurang.. tapi kalau mengungkapkannya dengan cara kasar dan tidak berperikeibuan begitu, yo agak nelongso aku mendengarnya.  sebagai sesama pendidik, aku merasa gak sreg saja.  Tapi demi sopan santun aku masih merendah.  Beliau juga cerita, orang tua teman Idho, yang punya kinerja juga buruk, begitu diberitahu si wali kelas, katanya malah "nylathu" (do you understand?? memarahi si wali kelas).  Dalam hati aku pikir, lah cara bicara ibu kayak gitu, gak salah kalau orang bisa tersinggung.
Okelah... kinerja Idho memang menurun, dan bahkan katanya hampir tidak naik kelas.  Dan yang memprihatinkan lagi adalah karena nilai yang jeblog adalah IPA. Ini kan aneh bin ajaib.  Idho adalah pemilik nilai 10 waktu UNAS SD. di kelas katanya dia juga sering diminta guru untuk menjelaskan.  tapi kok nilainya C.  Aku menduga karena karakter Idho yang slowly and lazy itu.  sehingga banyak pekerjaan tidak tuntas..
Ealah apapun, ke depan kami harus memperbaiki diri.  Aku sebagai ortu juga, karena ada fungsi kontrol yang tidak dengan baik kujalankan.  Makanya, kalau Idho dan Ais dihukum menulis janji untuk memperbaiki diri satu halaman penuh tiap hari (karena nilai Ais juga menurun semester ini, meskipun dia masuk IPA), aku juga ikut menghukum diri dengan menulis janjiku sendiri untuk lebih memperhatikan belajar anak-anak.
Ais sendiri, meskipun  jelas masuk IPA, malah pengen masuk IPS.  Alasannya karena ingin masuk fakultas Bahasa tau Hubungan Internasional.  Secara tidak langsung aku tetap menganjurkan untuk masuk IPA karena menurutku IPA mempunyai jangkauan lebih luas (masih benar nggak sih).  Ujung-ujungnya, mengapa dia pengen IPS adalah karena dua sahabatnya masuk IPS.  Walah.... apa lagi ini???