Akhirnya, karena harus beli juga, keputusan agak belakangan. Akibatnya adalah, Idho belum masuk daftar pembeli buku. Jadinya kami ortu harus datang dan menunjukkan bukti kuitansinya agar sianak bisa ambil jatahnya. Akibat sistem informasi kurang lancar.
Kalau Ais, ada buku yang dipinjami, ada yang harus beli. Ya sudah, beli ajah. Sekalian besok disampuli bareng-bareng.
Topik lain nih.
Sampai segede ini, Idho masih juga sering berantem dengan temannya. Setiap pagi, setiap berangkat sekolah, kutanya, apakah kemarin berantem dengan temannya, dia jawab iya. Idho memang agak temperamental. Kedua anakku kadang tidak atau belum bisa membedakan mana yang guyon mana yang beneran. Atau mereka menganggap semuanya serius, sehingga digoda temannya sudah dianggap mengganggu.
Kalau Ais sih sudah sedikit bisa, tapi kadang, pernyataan guyonku pun ditanggapi serius.
Yang masih menjadi peer bagi kami ortu dan guru adalah si Idho yang sejak dua tahun lalu terindikasi temperamental.
Ohya, Ais sekarang agak kasihan. Behelnya hilang empat biji waktu liburan kemarin. Waktu seharusnya datang ke dokter untuk perawatan, ayahnya tidak segera melaksanakannya dan si anak juga asyik liburan di Jombang. Begitu datang ke dokter, terpaksa kawatnya belum dipasang lagi. Kata Om Ari dokternya, harus dibelikan lagi baru dan biasanya tidak dijual satuan, jadi harus satu set. Waduh... habis berapa lagi nih? Waktu kutanya, si dokter belum menjawab je...
Yang lucu adalah cita-cita Idho. Kemarin hari pertama sekolah, dia diminta mencari gambar cita-citanya, dan ternyata cita-cita Idho saat ini adalah sebagai.... Binaragawan.
Waktu ku tanya, mengapa?
Ternyata karena terinspirasi kerjabakti yang dilakukannya waktu liburan kemarin. Memang, Idho dengan penuh semangat membantu membersihkan rumput dan tanaman liar di depan rumah selama dua hari.
Waktu kuingatkan dengan hobbynya terhadap science, jawabnya... jadi ilmuwan kan juga harus kuat, menangkap ular, berjalan di hutan kan juga butuh tenaga...
Mau bilang apa lagi, aku???
Topik lain nih.
Sampai segede ini, Idho masih juga sering berantem dengan temannya. Setiap pagi, setiap berangkat sekolah, kutanya, apakah kemarin berantem dengan temannya, dia jawab iya. Idho memang agak temperamental. Kedua anakku kadang tidak atau belum bisa membedakan mana yang guyon mana yang beneran. Atau mereka menganggap semuanya serius, sehingga digoda temannya sudah dianggap mengganggu.
Kalau Ais sih sudah sedikit bisa, tapi kadang, pernyataan guyonku pun ditanggapi serius.
Yang masih menjadi peer bagi kami ortu dan guru adalah si Idho yang sejak dua tahun lalu terindikasi temperamental.
Ohya, Ais sekarang agak kasihan. Behelnya hilang empat biji waktu liburan kemarin. Waktu seharusnya datang ke dokter untuk perawatan, ayahnya tidak segera melaksanakannya dan si anak juga asyik liburan di Jombang. Begitu datang ke dokter, terpaksa kawatnya belum dipasang lagi. Kata Om Ari dokternya, harus dibelikan lagi baru dan biasanya tidak dijual satuan, jadi harus satu set. Waduh... habis berapa lagi nih? Waktu kutanya, si dokter belum menjawab je...
Yang lucu adalah cita-cita Idho. Kemarin hari pertama sekolah, dia diminta mencari gambar cita-citanya, dan ternyata cita-cita Idho saat ini adalah sebagai.... Binaragawan.
Waktu ku tanya, mengapa?
Ternyata karena terinspirasi kerjabakti yang dilakukannya waktu liburan kemarin. Memang, Idho dengan penuh semangat membantu membersihkan rumput dan tanaman liar di depan rumah selama dua hari.
Waktu kuingatkan dengan hobbynya terhadap science, jawabnya... jadi ilmuwan kan juga harus kuat, menangkap ular, berjalan di hutan kan juga butuh tenaga...
Mau bilang apa lagi, aku???