Monday, November 22, 2010

Ais dan Kegiatannya

Banyak juga yang aku ingin tulis tentang anak perempuanku ini. Sekolahnya sih lancar-lancar saja. Ia tiap hari berangkat diantar ayah atau ibu sambil berangkat kerja, pulangnya dijemput mbak Dilla. Kalau Sabtu, ini yang agak repot. Pagi ikut PMR dan sore ikut Pramuka. Masalahnya, Ais belum bisa berangkat sendiri. Salahku juga sih kenapa tidak segera diajari naik bemo agar bisa berangkat dan pulang sendiri. Belum lagi kalau belajar bersama.
Sebagai anak remaja, Ais masih kurang bisa menentukan mana yang penting dan mana yang kurang penting. Ia dengan gampang meninggalkan kegiatan ekskul dan mengiyakan ajakan temannya untuk kerja kelompok yang mestinya bisa dilakukan diluar jam ekskul. Ais juga kurang bergaul dan kurang tanggap. Mungkin karena ada sedikit gangguan otak. Aku ingat waktu lahir dulu dia disedot. Aku gak tahu apakah itu yang membuatnya sedikit kurang sensitif terhadap lingkungan. Itulah juga yang mengkhawatirkan aku jika ia kulepas sendiri naik bemo ke sekolah misalnya. Ya Allah, jagalah anak-anak hamba. Semoga Ais dan Idho menjadi manusia yang berguna. Amien

ini gambar Ais belajar kelompok di Bunderan Rewwin

Idho dan kegiatannya

Idho sangat menarik untuk diceritakan (lha wong anak sendiri). Dia sangat suka makan, membahas makanan dan memasak makanan. Bahkan kalau ada orang bicara, trus dia gak denger, maka dia akan bertanya, apa..... (dia menyebut salah satu makanan) padahal yang dibicarakan bener-bener bukan makanan.
Yang kusukai dari Idho adalah dia konsisten. Dia suka makan, tapi juga suka masak. Dia bisa membantu masak sampai selesai. Beda dengan Ais, yang kalau bantu kadang gak sampai selesai sudah bosan dan ditinggal. Anak memang beda-beda. Ini salah satu hasil karya kami. Malem-malem sehabis pulang kerja, Idho menagih janji membuat mantau, dia bantu nguleni dan yang paling seru katanya adalah menggulung dan mengiris.


Ini ada foto yang ketinggalan. Tanggal 28 Oktober setiap tahun harus sewa baju daerah untuk upacara Hari Sumpah Pemuda. Idho juga suka memperhatikan baju-baju daerah. Sebenarnya sih dia terobsesi pakai pakaian Papua. Tapi gak mungkin lah ya, wong dia sekolah di sekolah Islam. Cowok ya harus pake pakaian panjang.

Minggu kemarin Idho sakit. Padahal libur hari tasyrik. Di sekolahnya memang dibiasakan. Hari Arafah semua anak dianjurkan puasa, trus Iedul Adha dan tiga hari tasyrik libur. Tapi karena mulai tanggal 9 Dzulhijjah Idho sakit, ia tidak masuk dan tidak puasa. Yang membanggakan, ia bertanya " Buk kapan aku bisa nyaur puasa?". alhamdulillah, meskipun suka makan, kalau disuruh puasa Idho masih semangat juga.
Idho kalau sakit, umumnya, radang tenggorokan, batuk-batuk sampai muntah. Nah masalahnya, kalau ada orang muntah aku juga jadi ikutan muntah. Makanya, waktu Idho muntah, aku tidak sanggup membantunya. Ayahnya lah yang ngramut.
Alhamdulillah, hari ini dia sudah baikan setelah kemarin di dadah mbah nyuk-nyuk. Rupanya ada yang keseleo. Makanya, panasnya tidak merata. Badan bagian atas panas, kaki dingin.